Assalamu'alaikum. Warohmatullahi. Wabarokatuhu..

Cari halaman Ini

Rabu, 20 Februari 2013

ILMU KOMUNIKASI - Pers dan Jurnalistik Part II


B.     Jurnalistik sebagai objek studi ilmu komunikasi

1.      Pengertian jurnalistik
Istilah jurnalistik berasal dari bahasa belanda journalistiek. Seperti halnya dengan istilah bahasa inggris journalism yang bersumber pada perkataan jornal, ini merupakan bahasa terjemahan dari bahsa latin diurna yang berarti harian atau setiap hari.
Dari berbagai literatur dapat dikaji definisi jurnalistik yang jumlahnya begitu banyak, tetapi semuanya berkisar pada pengertian bahwa jurnalistik adalah suatu pengelolaan laporan harian yang menarik minat khalayak mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat. Apa saja yang terjadi di dunia, apakah itu peristiwa faktual (fact) atau pendapat seseorang (opinion), jika diperkirakan akan menarik perhatian khalayak, akan merupakan bahan dasar bagi juurnalistik, akan menjadi bahan berita untuk disebarluaskan kepada masyarakat, walaupun terkadang berita itu diselewengkan oleh pihak-pihak tertentu.
Dengan majunya tekhnologi yang begitu pesat yang menghasilkan radio dan televisi, jurnalistik menjadi sangat luas karna tidak lagi mengelola laporan harian untuk sarana surat kabar, tetapi juga untuk sarana radio dan televisi. Sungguhpun demikian, radio siaran dan televisi siaran sebagai media elektronik telah menimbulkan pengaruh yang cukup berarti terhadap jurnalistik surat kabar sebagai media cetak. Oleh karena itu, para wartawan surat kabar berusaha mengubah teknik pengolahan berita dengan tujuan agar khalayak pembaca tetap tertarik dan memerlukannya.
Revolusi tekhnologi menghasilkan penyempurnaan alat percetakan yang mampu mengubah kecepatan menyusun huruf dan bahan berita sehingga kecepatan mencetak surat kabar menjadi berlipat ganda. Dalam pada itu, ilmupun telah berkembang sehingga jurnalistik dijadikan sebagai objek studi secara ilmiah. Ilmu yang paling tepat untuk mempelajari dan meneliti kegiatan jurnalistik adalah ilmu komunikasi.

2.      Proses jurnalistik sebagai proses komunikasi
Kegiatan jurnalistik sebagai suatu proses harus dilihat sebagai peroses komunikasi. Dalam hubungan ini paradigma Lasswell yang terkenal, yakni Who Says What In Which Channel to Whom With What Effect, dapat diterapkan :
a.       Siapa Komunikan Jurnalistik
Jawaban terhadap pertanyaan diatas jelas adalah khalayak, sejumlah orang dari masyarakat keseluruhan. Bagi jurnalistik pers khalayak adalah pembaca ; yang buta aksara tidak termasuk kedalam khalayaknya. Hal ini berlainan dengan komunikan jurnalistik radio dan televisi yang jumlahnya lebih banyak karena meskipun buta aksara mereka akan mengerti semua berita yang muncul dari pesawat radio maupun televisi.
b.      Ciri dan Sfat Media yang Dipergunakan
Ciri dan sifat media yang dipergunakan dalam rangka kegiatan jurnalistik amat berpengaruh kepada komponen-komponen komunikasi lainnya. Jurnalistik surat kabar berbeda dengan majalah, berbeda pula denan radio dan televisi meskipun dalam hal-hal tertentu ada kesamaannya.
Karena yang bobotnya dibicarakan di sini adalah surat kabar, maka yang akan dibahas lebih lanjut adalah media tersebut.
1)      Ciri surat kabar
a)      Publisitas
Pengertian publisitas ialah bahwa surat kabar diperuntukan umum, karenanya berita, tajuk rencana, artikel, dan lain-lain harus mencangkut kepentingan umum.
b)      Universalitas
Unniversalitas sebagai ciri lain dari surat kabar menunjukan bahwa surat kabar harus memuat aneka beriat mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia.
c)      Aktualitas
Yang dimaksud dengan aktualitas ialah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Bagi surat kabar, aktualitas ini merupakan faktor yang amat penting karena menyangkut persaingan dengan surat kabar lain.

2)      Sifat surat kabar
a)      Terekam
Ini berarti bahwa berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam alinea, kalimat, dan kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf, yang dicetak pada kertas. Dengan demikian, setiap peristiwa atau hal yang diberitakan trekam sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat dan bisa dipakai sebagai bukti unuk keperluan tertentu.
b)      Menimbulkan perangkat mental secara aktif
Karena berita surat kabar menyebabkan pembaca harus menggunakan perangkat mentalnya secara aktif, maka wartawan yang menyusun harus menggunakan bahasa yang umum dan lazim agar mudah dipahami.
c.       Pesan menyangkut kebutuhan komunikan
Dalam proses komunikasi, pesan yang akan diasampaikan kepada komunikan menyangkut teknik trasnsmisinya agar mengenai sasarannya dan mencapai tujuannya.
d.      Efek sesuai dengan tujuan
Efek yang diharapkan dari pembaca surat kabar tergantung pada tujuan si wartawan sebagai komunikator. Tujuan komunikasi melalui media surat kabar dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan seperti apakah tujuannya agar pembaca tahu ?, apakah tujuannya agar pembaca berubah sikap dan perilakunya ?, atau apakah tujuannya agar pembaca meningkat intelektualitasnya ?
e.       Yang harus dilakukan oleh wartawan sebagai komunikator
Meskipun komponen komunikasi melalui surat kabar, yaitu wartawan, dibahas paling akhir, ini merupakan hal yang paling penting karena berhasil tidaknya misi surat kabar tergantung pada kemampuan dan keterampilan wartawannya. Pada surat kabar akan merupakan kesatuan yang terpadu, yang pada gilirannya akan menghasilkan sebuah surat kabar kesayangan masyarakat.

Demikianlah beberapa hal mengenai jurnalistik sebagai pers ditinjau dari ilmu komunikasi, suatu pembahasan yang hanya menekankan aspek-aspek yang esensial.

:) .. SMILE.......

ILMU KOMUNIKASI - Pers dan Jurnalistik Part I


Pers dan jurnalistik merupakan suatu kesatuan yang bergerak dalam bidang penyiaran informasi, hiburan, keterangan, dan penerangan. Artinya adalah bahwa antara pers dan jurnalistik mempunyai hubungan yang erat. Pers sebagai media komunikasi massa tidak akan berguna apabila sajiannya jauh dari prinsip-prinsip jurnalistik. Sebaliknya karya jurnalistik tidak akan bermanfaat tanpa disampaikan oleh pers sebagai medianya, bahkan boleh dikatakan bahwa pers adalah media khusus untuk digunakan dalam mewujudkan dan menyampaikan karya jurnalistik kepada khalayak
Pers
Istilah 'Pers' berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti Press. Secara harafiah, pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publication).

Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. nPers dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media massa elektronik, radio siaran dan televisi siaran; sedangkan pers dalam pengertian sempit hanya terbatas pada media massa cetak yakni surat kabar, majalah, dan buletin kantor berita.
 
Kenyataan bahwa radio dan televisi termasuk lingkup pers, ialah jika diadakan jumpa pers (press conference), maka yang meliput berita dalam pertemuan itu bukan hanya wartawan-wartawan surat kabar, majalah dan kantor berita, tetapi juga wartawan-wartawan radio dan televisi. hal ini disebabkan pada radio dan teknisi terdapat kegiatan-kegiatan jurnalistik yang hasilnya berbentuk berita seperti yang dimuat dalam media surat kabar.

Meskipun pers mempunyai dua pengertian seperti diterangkan di atas, tetapi pada umumnya orang menganggap pers itu media massa cetak: surat kabar dan majalah. Anggapan umum seperti itu disebabkan ciri khas yang terdapat pada media itu, dan tidak dijumpai pada media lain.
Ciri-ciri komunikasi massa, yakni komunikasi dengan menggunakan media massa adalah: prosesnya berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, medianya menimbulkan keserempakan, dan komunikannya hetterogen.

Ciri-ciri tersebut dipenuhi, baik oleh media massa cetak surat akbar dan majalah maupun oleh media massa elektronik radio dan televisi. Kendatipun demikian antara media massa cetak dan media masa elektronik itu terdapat perbedaan khass yakni pesan-pesan yang disiarkan media massa elektronik diterima oleh khalayak hanya skilas dan khalayak harus selalu berada di depan pesawat, sedangkan pesan-pesan yang disiarkan media cetak dapat diulang kaji dan dipelajari serta disimpan untuk dibaca pada setiap kesempatan.

Ciri-ciri khas itulah yang menyebabkan pesan-pesan yang disiarkan media massa elektronik harus mudah dicerna oleh pendengar dan pemirsa, sedangkan pesan-pesan yang disiarkan media massa cetak dapat canggih (sophisticated) dan ilmiah. Ciri-ciri khas itu pulalah yang seringkali menimbulkan polemik diantara para cendikiawan yang menyajikan pemikirannya melalui surat kabar atau majalah, dan tidak pernah terdapat pada uraian melalui radio dan televisi. Ciri-ciri khas itu pulalah yang menyebabkan media massa cetak lebih tinggi daya persuasinya daripada media massa elektronik, karena pesan-pesan persuasif melalui media cetak lebih banyak ditujukan kepada rasio atau pemikiran, sedangkan pesan-pesan persuasif melalui meddia elektronik lebih banyak ditujukan kepada perasaan.

yang akan dijadikan pokok pembahasan di sini adalah pers sebagai lembaga kemasyarakatan (social institution); sebagai lembaga kemasyarakatan pers merupakan subsistem kemasyarakat dimana ia berada bersama-sama dengan sub sistem lainnya. Dengan demikian maka pers tidak hidup secara mandiri, melainkan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lemabga-lembaga kemasyarakatan lainnya.

Bersama-sama dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya itu, pers berada dalam keterikatan organisasi yang bernama negara, karena eksistensi pers dipengaruhi, bahkan ditentukan oleh falsafah dan ssistem politik negara dimana pers itu hidup.
Pers di negara mana dan di masyarakat mana ia berada bersama, mempunyai fungsi yang universal. Tetapi sejauh mana fungsi itu dapat dilaksanakan, tergantung dari falsafah dan sisteem politik negara dimana pers itu beroperasi.

Fred S Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Schramm dalam bukunya yang terkenal berjudul Four Theories of the Press menyatakan bahwa pers di dunia sekaarrang dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:

a. authoritarian press
b. libertarian press
c. social responsibility press
d. soviet communist press


KOMUNIKASI DAN JURNALISTIK

A.    Pers sebagai sarana kegiatan jurnalistik

1.      Pengertian dan ciri-ciri pers
Istilah pers berasal dari bahasa belanda, yang dalam bahasa inggris berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak, dan secara maknawiyah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi. pers adalah lembaga kemasyarakatan. Dan menjadi subsistem kemasyarakatan tempat ia berada bersama-sama dengan sistem lainnya. Dengan demikian maka pers tidak hidup secara mandiri, tetapi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya.
Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yaikni pers dalam pengertian luas dan sempit. Pers dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media massa elektronik, radio siaran, dan televisi siaran, sedangkan pers dalam pengertian sempit hanya terbatas pada media massa cetak, yakni surat kabar, majalah, dan buletin kantor berita
 Ciri-ciri komuikasi massa sendiri yakni komunikasi dengan mengguakan media massa, adalah prosesnya berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum. Medianya menimbulkan keserempakan, dan komunikannya heterogen.
Fred S. Siebert, Theodore Peterson, dan Wilbur Schramn dalam bukunya yang terkenal berjudul Four Theories of the Press menyatakan bahwa pers didunia sekarang dapat dikatagorikan menjadi empat, yaitu :
a.       Authoritarian press,
b.      Libertarian press,
c.       Social responsibility press, dan
d.      Soviet communist press.
Dan William L. Rivers, Wilbur Schramm, dan Clifford G. Christians dalam bukunya, Responsibility i Mass Communication, mengutip kata-kata Alexander Solzhenitsyn sebagai berikut :
            pers di negara-negara barat telah menjadi paling berkuasa, lebih berkuasa daripada legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Lalu tampaknya orang akan bertanya dengan undang-undang yang mana pers itu dipilih dan kepada siapa ia bertanggung jawab.

2.      Fungsi pers
Walupun pers di dunia berdiri semata-mata karena keuntungan finansial, seperti pers di negara bebas, termasuk indonesia. Meskipun demikian, dalam upayanya mencari keuntungan finansial itu pers tidak boleh kehilangan identitasnya sebagai lembaga yang dinamakan pers. Dan pers pula harus menjaga nama baik pers itu sendiri. Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya, selain menyiarkan informasi juga mendidik, menghibur, dan mempengaruhi.

KOMUNIKASI DAN HUMAS Part II


Hubungan Masyarakat sebagai Fungsi Manajemen

Dalam Definisinya Public Relations (PR) atau HUMAS adalah  fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. Definisi PR, menempatkan PR sebagai sebuah fungsi manajemen, yang berarti bahwa manajemen di semua organisasi harus menempatkan PR. Definisi ini juga mengidentifikasi pembentukan dan pemeliharaan hubungan baik yang saling menguntungkan antara organisasi dengan publik sebagai basis moral dan etis dari profesi PR. Sebagai fungsi manajemen, PR adalah bagian dari struktur organisasi dan bagian dari proses untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Tanggung jawabnya mencakup aktivitas membantu organisasi untuk mengidentifikasi, menilai dan menyesuaikan diri dengan lingkungan ekonomi, politik, sosial dan teknolog yang terus berkembang.
Public relation merupakan fungsi manajemen khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan dan kerja sama antara organisasi dengan berbagai publiknya .
Dalam hal penempatan PR ada beberapa klasifikasi penempatan dan pemanfaatan PR pada sebuah organisasi:
1.        Beberapa organisasi menempatkan Public Relations pada hirarkhi tinggi di perusahaan,
memiliki garis pelaporan langsung kepada pimpinan atau kepala administrator. Beberapa menempatkan fungsi Public Relations pada posisi yang lebih rendah, memiliki hubungan pelaporan dengan bagian pemasaran, personalia, legal atau pengambil keputusan lain di tingkat yang lebih tinggi.
2.        Beberapa organisasi menempatkan Public Relations pada unit tersendiri sementara itu
ada beberapa organisasi yang menempatkan Public Relations pada beberapa unit dalam departemen di organisasi.
3.        Beberapa organisasi menggunakan konsultan dari luar organisasi/perusahaan, beberapa
menggunakan Public Relations dari internal perusahaan bahkan ada yang menggabungkan keduanya (Grunig,1992;396)
Praktisi public relations atau petugas humas dapat mengarahkan unsur-unsur potensial agar dapat membentuk opini publik sesuai dengan citra yang diinginkan oleh organisasi. Bagaimanapun juga kita mahfum, bahwa opini publik dan citra organisasi tentu saja merupakan faktor penting yang menentukan sukses atau gagalnya aktivitas dan pelaksanaan program organisasi.

Ø  Kaitan PR (Public Relations) dengan Manajeman.
PR dalam definisinya dikatakan bahwa PR itu melekat pada manajemen. Manajemen tak akan  dapat berjalan sebagimana seharusnya tanpa adanya PR. Manajemen sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari, apalagi dalam kehidupan masyarakat modern seperti sekarang ini. Tak ada kegiatan yang dilakukan dan oleh masyarakat yang tidak memerlukan manajemen. Dalam pengertian PR dinyatakan bahwa PR akan sukses dalam fungsinya apabila menciptakan, membangun, dan mengembangkan relasi kita. Barangkali di antara sekian banyak kegiatan manusia tidak ada yang lebih penting dibandingkan dengan kegiatan yang disebut managing itu, dari persiapan yang akan merupakan input organisasi atau kelompok, bahkan mungkin pribadi.
Fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijaksanan dan prosedur seorang individu atau organisasi berdasarkan kepentingan publik dan menjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan publik (Public Relations News).
Public Relations melibatkan manajemen problem dalam atau manajemen isu, PR membantu manajemen agar tetap responsif dan mendapat informasi terkini tentang opini publik; PR mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan publik; PR membantu manajemen tetap mengikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan secara efektif, dan PR dalam hal ini adalah sebagai sistem peringatan dini untuk mengantisipasi arah perubahan (trends); dan PR menggunakan riset dan komunikasi yang sehat dan etis sebagai alat utamanya.

Ø  Pendukung manajemen perusahaan / lembaga.

Public relation merupakan fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama, melibatkan manajemen dalam permasalahan, membantu manajemen mampu menanggapi opini public, mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara afektif, bertindak sebagai sistim peringatan dini dalam mengantisispasi kecenderungan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama. Public relation merupakan fungsi manajemen khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan dan kerja sama antara organisasi dengan berbagai publiknya .
Kedudukan, peranan dan tugas Public Relations dalam sebuah organisasi (perusahaan/pemerintahan), jelas sengatlah penting. Sehingga pelaksanaan aktivitasnya harus dikemas seefektivas mungkin. Dan ini di antaranya bisa diraih dengan cara mempesiapkan dan mengaplikasikan program kerja Public Relations dengan baik dan tepat. PR harus diposisikan secara langsungb berdekatan dengan manajemen. Hal ini sesuai dengan fungsi  manajemen di dalam organisasi. PR harus terletak pada lini garis staf manajemen puncak. Dengan begitu PR dapat mengorganisasi seluruh kegiatan komunikasi organisasi baik secara internal maupun eksternal. PR merupakan salah satu pendukung dalam mengatur organisasi atau perusahaan. Disini PR dalam kegiatannya merupakan profesi dalam melayani publiknya, dan ikut menentukan tujuan organisasi atau perusahaan dengan membuat rencana kerja, menciptakan strategi, melaksanakan rencana kerja, dan menilai hasil kerja. PR berusaha menempatkan manajer sebagai top manajemen dalam kepemimpinannya, dan mengefektifkan serta mengefisiensikan pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan menjadi kenyataan demi kontinuitas organisasi atau perusahaan tersebut.
Hal-hal yang dapat dilakukan public relations dalam mendukung tujuan perusahaan, yaitu:
1.   Mempromosikan barang atau jasa.
2.   Mendeteksi isu dan peluang yang berpengaruh pada perusahaan.
3.   Menetapkan bentuk organisasi dalam berhubungan dengan publik.
4.   Meningkatkan nama baik terhadap seluruh karyawan.
5.   Mencegah dan menyelesaikan masalah ketenagakerjaan.
6.   Meningkatkan nama baik pemegang saham.
7.   Menghindari kesalahpahaman atau kecurigaan publik terhadap perusahaan.
8. Menginvestigasi perilaku kelompok-kelompok yang mempengaruhi organisasi.
9.   Memformulasikan kebijakan-kebijakan dan cara penerapannya.
10. Memperhatikan perubahan-perubahan yang berhubungan dengan public relation.

Kapan aktivitas public relations dilakukan, kembali kepada kebijaksanaan perusahaan apa yang ingin dicapai dalam aktivitasnya tersebut. Pada prinsipnya aktivitas public relations untuk meningkatkan citra perusahaan, tetapi juga harus dipertimbangkan tujuan-tujuan khusus yang disesuaikan dengan tujuan perusahaan.
Berikut ini beberapa tujuan perusahaan yang membutuhkan dukungan dari aktivitas public relations berkaitan dengna citra perusahaan.
a.   Untuk mengubah citra perusahaan;
b.   Untuk mendukung usaha-usaha pemasaran dan promosi perusahaan;
c.   Untuk mengimbangi publikasi yang merugikan perusahaan dan mengembalikan kepercayaan
konsumen;
d.   Untuk membuat pemerintah dan lembaga legislatif memperhatikan aktivitas perusahaan;
e.   Menunjukkkan semangat untuk memberikan terbaik kepada masyarakat dengan menarik produk
yang dianggap gagal atau rusak, yang dapat merugikan;
f.    Untuk menjelaskan kebingungan konsumen dengan masuknya produk palsu atau produk
imitasi.

Ø  Peran dan Fungsi PR dalam perusahaan / lembaga.
Peranan dan tugas Public Relations dalam sebuah organisasi (perusahaan/pemerintahan), jelas sengatlah penting. Sehingga pelaksanaan aktivitasnya harus dikemas seefektivas mungkin. Dan ini di antaranya bisa diraih dengan cara mempesiapkan dan mengaplikasikan program kerja Public Relations dengan baik dan tepat.
Pada dasarnya ada empat peran PR dalam sebuah organisasi adalah sebagai berikut:
1.  Communication Tehnician
Beberapa praktisi memasuki dunia PR ini sebagai teknis. Pada tahap ini kemampuan jurnalistik dan komunikasi sangat diperlukan. PR diarahkan untuk berperan menulis, menulis news letter, menulis in house journal, menulis news release, menulis feature, dll. Biasanya praktisi dalam peran ini tidak hadir pada saat manajemen menemui kesulitan. Mereka tidak dilibatkan dalam manajemen sebagai pengambil keputusan. Peran mereka lebih ke arah penulisan tools dan mengimplementasikan program.

2.  Expert Prescriber
Praktisi PR sebagai pendefinisi problem, pengembang program dan memeiliki tanggungjawab penuh untuk mengimplementasikannya. Mereka sebagai pihak yang pasif. Manajer yang lainnya menyerahkan tugas komunikasi sepenuhnya ke tangan si "komunikasi" ini sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaan mereka yang lainnya. Tampaknya bangga karena PR semacam ini dianugerahi kepercayaan tinggi tetapi karena tidak adanya keterlibatan top manajemen dalam peran PR maka PR seolah terisolir dari perusahaan. Ia sibuk sendiri dengan pekerjaannya. Di pihak manajemen mereka juga menjadi sangat tergantung kepada PR nya. Mereka menjadi minim komitmen kepada tugas – tugas PR, padahala seperti diketahui seharusnya tugas PR harusnya dilakukan oleh semua orang yang ada dalam sebuah perusahaan.

3.  Fasilitator Komunikasi
Peran fasilitator komunikasi bagi para praktisi adalah sebagai pendengar yang peka dan broker (perantara) komunikasi. Fasilitator komunikasi bertindak sebagai perantara (liaison), interpreter, dan mediator antara organisasi dan publiknya. Mereka menjaga komunikasi dua arah dan menfasilitasi percakapan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan dan menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah memberi informasi yang dibutuhkan oleh baik itu manajemen maupun publik untuk membuat keputusan demi kepentingan bersama.

4.  Fasilitator Pemecah masalah
Ketika praktisi melakukan peran fasilitator pemecah masalah, mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendifinisikan dan memecahkan masalah. Mereka menjadi bagian dari tim perencanaan strategi. Kolaborasi dan musyawarah dimulai dengan persoalan pertama dan kemudian kemudian sampai ke evaluasi program final. Praktisi pemecah masalah membantu manejer lain dan organisasi untuk mengaplikasikan PR dalam proses manajemen bertahap yang juga dipakai untuk memecahkan problem organisasional lainnya.
Fungsi PR dalam perusahaan / lembaga akan mendapat kekuasaan apabila anggota koalisi menghargai PR sebagai fungsi manajemen yang penting. Atau tidak menganggapnya sekedar fungsi teknis yang bertugas mengimplementasikan strategi komunikasi yang diputuskan oleh orang lain. Dalam fungsi manajemen PR dalam kegiatannya merupakan profesi dalam melayani publiknya, dan ikut menentukan tujuan organisasi atau perusahaan dengan membuat rencana kerja, menciptakan strategi, melaksanakan rencana kerja, dan menilai hasil kerja.
Selain itu Fungsi PR antara lain;
1.    Menunjang aktivitas utama manajemen dalam rangka mencapai tujuan bersama.
2.   Membina hubungan yang baik atau harmonis antara organisasi dengan pihak publiknya, sebagai
khalayak sasarannya.
3.      Mengidentifikasi yang menyangkut opini, persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap
organisasi yang diwakilinya, atau sebaliknya.
4.      Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan manajemen
demi untuk tujuan dan manfaat bersama.
5.      Menciptakan komunikasi 2 arah timbal balik, dan mengatur arus informasi, publikasi serta
pesan dari organisasi ke publiknya atau terjadi sebaliknya demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.
6.      Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi secara lisan, tertulis,
melalui gambar (visual) kepada publik, supaya publik mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi atau perusahaan, tujuan, serta kegiatan yang dilakukan.
7.   Menentukan dan memahami secara benar prilaku tiap-tiap kelompok terhadap organisasi.
8.   Menganalisasi tingkat opini publik, baik yang intern (internal public) maupun yang ekstern
(external public).
9.   Mengantisipasi kecenderungan-kencenderungan, masalah-masalah potensial, kebutuhan
kebutuhan dan kesempatan-kesempatan.
10. Menentukan formulasi dan meurumuskan kebijakan-kebijakan.
11. Merencanakan alat atau cara yang sesuai untuk meningkatkan atau mengubah prilaku
masayarakat sasaran. Termasuk membuat budget/anggaran biaya operasionalnya.

S E M O G A           B E R M A N F A A T          ^_^