STEPHEN W LITTLEJOHN & KAREN A
FOSS TEORI KOMUNIKASI
PENGERTIAN 7 TRADISI DALAM ILMU
KOMUNIKASI
1.
TRADISI
SEMIOTIKA (Komunikasi sebagai proses berbagi makna melalui tanda)
Semiotika adalah ilmu mempelajari
tanda. Tanda adalah sesuatu yang dapat memberikan petunjuk atas sesuatu. Kata
juga merupakan tanda, akan tetapi jenisnya spesial. Mereka disebut dengan
simbol. Banyak teori dari tradisi semiotika yang mencoba menjelaskan dan
mengurangi kesalahpahaman yang tercipta karena penggunaan simbol yang bermakna
ambigu. Ambiguitas adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan dalam bahasa,
dalam hal ini komunikator dapat terbawa dalam sebuah pembicaraan dalam suatu
hal akan tetapi masing-masing memiliki interpretasi yang berbeda akan suatu hal
yang sedang dibicarakan tersebut. Tradisi ini memperhatikan bagaimana tanda
memediasi makna dan bagaimana penggunaan tanda tersebut untuk menghindari
kesalahpahaman, daripada bagaimana cara membuat tanda tersebut.
2.
TRADISI
FENOMENOLOGI (Komunikasi sebagai pengalaman diri dengan orang lain melalui
percakapan)
Tradisi fenomenologi menekankan pada persepsi orang dan
interpretasi setiap orang secara subjektif tentang pengalamannya. Para
fenomenologis menganggap bahwa cerita pribadi setiap orang adalah lebih penting
dan lebih berwenang daripada beberapa hipotesis penelitian atau aksioma
komunikasi. Akan tetapi kemudian timbul masalah dimana tidak ada dua orang yang
memiliki kisah hidup yang sama.
Seorang psikolog Carl Rogers mendeskripsikan tiga kebutuhan
dan kondisi yang cukup bagi sesorang dan perubahan hubungan, yaitu : (1)
kesesuaian atau kecocokan, adalah kecocokan atau kesesuaian anatara individu
baik secara perasaan didalam dengan penampilan diluar, (2) memandang positif
tanpa syarat, adalah sebuah sikap dalam menerima yang tidak tergantung pada
perbuatan, dan (3) pengertian untuk berempati, adalah kecakapan sementara untuk
mengesampingkan pandangan dan nilai dan memasuki dunia lain tanpa prasangka.
3.
TRADISI
SIBERNETIKA (Komunikasi untuk memproses informasi)
Tradisi sibernetika memandang komunikasi sebagai mata rantai
untuk menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dalam suatu sistem. Tradisi
sibernetika mencari jawaban atas pertanyaan “How can we get the bugs out of
this system?”
Ide komunikasi untuk memproses informasi dikuatkan oleh
Claude Shannon dengan penelitiannya pada perusahaan Bell Telephone Company.
Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa informasi hilang pada setiap tahapan
yang dilalui dalam proses penyampain pesan kepada penerima pesan. Sehingga
pesan yang diterima berbeda dari apa yang dikirim pada awalnya. Bagi Shannon,
informasi adalah sarana untuk mengurangi ketidakpastian. Tujuan dari teori
informasi adalah untuk memksimalkan jumlah informasi yang ditampung oleh suatu
sitem. Dalam hal ini, gangguan (noise) mengurangi jumlah kapasitas informasi
yang dapat dimuat dalam suatu sistem.Shannonmendeskripsikan hubungan antara
informasi, gangguan (noise) dan kapasitas sistem dengan persamaan sederhana,
yaitu : kapasitas sistem = informasi + gangguan (noise).
4.
TRADISI
SOSIO-PSIKOLOGI (Komunikasi sebagai pengaruh antar pribadi)
Tradisi sosio-psikologi merupakan
contoh dari perspektif ilmiah atau objektif. Dalam tradisi ini, kebenaran
komunikasi dapat ditemukan dengan dapat ditemukan dengan teliti – penelitian
yang sistematis. Tradisi ini melihat hubungan sebab dan akibat dalam
memprediksi berhasil tidaknya perilaku komunikasi. Carl Hovland dari
Universitas Yale meletakkan dasar-dasar dari hal data empiris yang mengenai
hubungan antara rangsangan komunikasi, kecenderungan audiens dan perubahan
pemikiran dan untuk menyediakan sebuah kerangka awal untuk mendasari teori.
Tradisi sosio-psikologi adalah jalan untuk menjawab pertanyaan “What can I do
to get them change?”
Dalam kerangka “Who says what to
whom and with what effect” dapat dibagi menjadi tiga sebab atau alasan dari
variasi persuasif, yaitu :
Who – sumber dari pesan (keahlian,
dapat dipercaya)
What – isi dari pesan (menarik
dengan ketakutan, mengundang perbedaan pendapat)
Whom – karakteristik audiens (kepribadian,
dapat dikira untuk dipengaruhi)
Efek utama yang diukur adalah perubahan
pemikiran yang dinyatakan dalam bentuk skala sikap baik sebelum maupun sesudah
menerima pesan. Dalam hal ini kredibilitas sumber amat sangat menarik
perhatian.Adadua jenis dari kredibilitas, yaitu keahlian (expertness) dan
karakter (character). Keahlian dianggap lebih penting daripada karakter sistem.Shannonmendeskripsikan hubungan antara informasi,
gangguan (noise) dan kapasitas sistem dengan persamaan sederhana, yaitu :
kapasitas sistem = informasi + gangguan (noise).
5. TRADISI
SOSIO-KULTURAL (Komunikasi adalah ciptaan realitas sosial)
Tradisi sosio-kultural berdasar pada
premis orang berbicara, mereka membuat dan menghasilkan kebudayaan. Kebanyakan
dari kita berasumsi bahwa kata adalah refleksi atas apa yang benar ada. Cara
pandang kita sangat kuatdibentuk oleh bahasa (language) yang kita gunakan sejak
balita.
Kita sudah mengetahui bahwa tradisi
semiotika kebanyakan kata tidak memiliki kepentingan atau keterikatan logis
dengan ide yang mereka representasikan. Paraahli bahasa dalam tradisi
sosio-kultural menyatakan bahwa para pengguna bahasa mendiami dunia yang berbeda. Edward
Sapir dan Benjamin Lee Whorfdari University of Chicago adalah pelopor tradisi
sosio-kultural. Dalam hipotesis penelitian mereka, linguistik adalah bagian
dari struktur bentuk bahasa budaya yang berdasarkan apa yang orang pikirkan dan
lakukan. Dunia nyata terlalu luas dan secara tidak sadar terbentuk pada bahasa
kebiasaan (habits) dari kelompok. Teori linguistik ini berlawanan dengan asumsi
bahwa semua bahasa itu sama dan kata hanya sarana netral untuk membawa makna.
Bahasa sebenarnya adalah struktur dari persepsi kita akan realitas. Teori dalam
tradisi ini mengklaim bahwa komunikasi adalah hasil produksi, memelihara,
memperbaiki dan perubahan dari realitas. Dalam hal ini, tradisi sosio-kultural
menawarkan membantu dalam menjembatani jurang pemisah budaya antara “kita” dan
“mereka”.
6. TRADISI
KRITIS (Komunikasi sebagai cerminan tantangan atas percakapan yang tidak
adil)
Tradisi kritis muncul di Frankfurt School
Jerman, yang sangat terpengaruh dengan Karl marx dalam mengkritisi masyarakat.
Dalam penelitian yang dilakukan Frankfurt School, dilakukan analisa pada
ketidaksesuaian antara nilai-nilai kebebasan dalam masyarakat liberal dengan persamaan hak seorang
pemimpin menyatakan dirinya dan memperhatikan ketidakadilan serta
penyalahgunaan wewenang yang membuat nilai-nilai tersebut hanya menjadi isapan
jempol belaka. Kritik ini sangat tidak mentolelir adanya pembicaraan negatif
atau akhir yang pesimistis.
Teori-teori dalam tradisi kritis
secara konsisten menentang tiga keistimewaan dari masyarakat sekarang, yaitu :
(1) mengendalikan bahasa untuk mengabadikan ketidakseimbangan wewenang atau
kekuasaan, (2) peran media dalam mengurangi kepekaan terhadap penindasan, dan
(3) mengaburkan kepercayaan pada metode ilmiah dan penerimaan atas penemuan
data empiris yang tanpa kritik.
7. TRADISI
RETORIKA (Komunikasi sebagai seni berbicara didepan umum)
Ada enam keistimewaan karakteristik
yang berpengaruh pada tradisi komunikasi retorika, yaitu : (1) sebuah keyakinan
yang membedakan manusia dengan hewan dalam kemampuan berbicara, (2) sebuah
kepercayaan diri dalam berbicara didepan umum dalam sebuah forum demokrasi, (3)
sebuah keadaan dimana seorang pembicara mencoba mempengaruhi audiens melalui
pidato persuasif yang jelas, (4) pelatihan kecakapan berpidato adalah landasan
dasar pendidikan kepemimpinan, (5) sebuah tekanan pada kekuasaan dan keindahan
bahasa untuk merubah emosi orang dan menggerakkannya dalam aksi, dan (6) pidato
persuasi adalah bidang wewenang dari laki-laki.
SEMOGA BERMANFAAT !!!